Kantor Berita Internasional Ahlulbait – ABNA – Rabu (9/4) Ayatullah Mohsen Faqihi, anggota Aliansi Guru Besar Hauzah Ilmiah Qom, mengunjungi redaksi Kantor Berita Internasional ABNA dan mendapat informasi tentang berbagai aktivitas media ini.
Dalam kelanjutan kunjungan tersebut, Ayatullah Faqihi turut hadir di tengah para jurnalis kantor berita ini dan dalam sebuah penyampaian, beliau menjelaskan misi media di situasi saat ini serta pentingnya etika jurnalistik.
Anggota Aliansi Guru Besar Hauzah Ilmiah Qom itu menyampaikan apresiasi atas pelayanan yang telah diberikan. Kepada para jurnalis ABNA beliau berkata: "Kantor berita ABNA telah memberikan pelayanan yang patut dihargai dalam berbagai bahasa. Pelayanan ini layak dipuji dan disyukuri. Tokoh-tokoh besar berkarya di kantor berita ini, dan insyaAllah seluruh sahabat di sini akan senantiasa sukses. Kalian semua adalah insan-insan revolusioner dan pengikut Wilayah Faqih. Menjalankan tugas keagamaan adalah kehormatan terbesar yang bisa kita miliki. Kita harus memiliki niat mendekatkan diri kepada Allah dalam pekerjaan kita, dan dengan niat tersebut, kebaikan dunia dan akhirat akan dicatat bagi kalian."
"Imam Shadiq as dalam satu riwayat kepada Basri menyatakan: hakikat penghambaan terletak dalam tiga hal. Pertama, seseorang harus sadar bahwa segala yang ia miliki berasal dari Allah. Baik itu kedudukan, rupa, atau kekayaan, semuanya diberikan oleh Allah. Segala bentuk status yang kita miliki berasal dari Tuhan, dan kita harus teguh di jalan-Nya. Kekayaan, kecantikan, dan kedudukan semuanya milik Allah dan harus digunakan di jalan-Nya. Jika kita mampu melakukannya, itulah hakikat penghambaan. ‘Seorang hamba dan segala yang ada padanya adalah milik tuannya." Jelasnya.
"Kedua, kita harus menyadari bahwa pengaturan segala urusan ada di tangan Allah. Manusia memiliki tugas menjalankan perintah Ilahi dan menjauhi larangan-Nya, namun mereka harus tahu bahwa penentu segalanya adalah Allah. Jika kesadaran ini tertanam dalam diri kita, maka musibah pun akan terasa ringan."
Dalam kunjungan tersebut, Ayatullah Faqihi juga menyinggung musibah kesyahidan Ayatullah Sayid Mustafa Khomeini dan berkata: "Imam Khomeini ra tetap bersabar atas musibah itu. Terkadang, musibah justru merupakan rahmat dari Tuhan. Kesadaran akan hal ini membuat kita lebih kuat dalam menghadapi cobaan."
"Ketiga, kita harus sepanjang usia kita — sejak awal baligh hingga akhir hayat — sibuk dalam satu hal: melaksanakan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya. Setiap tulisan kita harus diridhai Allah dan Imam Zaman afs. Setiap ucapan, ceramah, dan perbuatan kita harus diridhai oleh Allah Jika kita benar-benar menjadi hamba Allah, maka seluruh pikiran, perbuatan, dan tulisan kita akan semata-mata untuk mencari ridha-Nya. Jika tidak demikian, maka kita hanyalah hamba harta dan jabatan. Tetapi jika kita menjadi milik Allah, seluruh aktivitas kita akan untuk-Nya." Tambahnnya.
Kewajiban Mengikuti Pemimpin Tertinggi di Era Sekarang
Beliau menganggap pentingnya mengikuti Pemimpin Tertinggi (wali faqih) di masa kini dan menekankan: "Pemimpin Tertinggi saat ini adalah wakil dari Imam Zaman afs, dan secara lahiriah kita berkewajiban untuk mengikutinya. Kita harus melakukan apa yang diridhainya. Dalam kondisi seperti itu, kita bisa berkata bahwa kita telah menjalankan tugas agama. Para pejuang yang bekerja di ABNA, setiap kalimat yang kalian tulis dan setiap aktivitas yang kalian lakukan, harus memperhatikan keridhaan Allah. Kita harus menapaki jalan yang diridhai Imam Zaman afs dan disetujui oleh Pemimpin Tertinggi. Wilayah Faqih telah menunjukkan jalan bagi kita, dan kita wajib mengikutinya. Jika kita dapat merealisasikan hakikat penghambaan ini, maka itu adalah pekerjaan terbesar yang telah kita lakukan."
Ayatullah Faqihi kembali menekankan pentingnya amanah dan kejujuran dalam media dan berkata: "Jika dalam ucapan dan penyebaran berita kita menjaga kejujuran dan amanah, kita bisa memberikan pelayanan besar. Kantor berita memiliki kapasitas untuk memberi peringatan kepada para pejabat, mengkritisi mereka tentang kinerja mereka, dan dengan demikian bisa berpengaruh serta memperbaiki sebuah negara serta mencegah berbagai problem sosial."
"Media dengan kejujuran, amanah, serta kecakapan sosial dan politik serta mengajukan pertanyaan kritis kepada para pejabat, bisa membawa perbaikan. Kebebasan media dapat mencegah korupsi, suap, penggelapan, dan penyelundupan di masyarakat. Para pejabat akan sadar bahwa mereka harus bertanggung jawab kepada rakyat." Tegasnya.
Ayatullah Faqihi menambahkan: "Jika kantor berita menjaga kejujuran dan amanah, meninggalkan isu-isu murahan, dan fokus pada realitas, maka permasalahan akan terselesaikan. Seperti yang ditegaskan oleh Pemimpin Tertinggi, masalah kita adalah kurangnya pejabat yang berkomitmen dan ahli. Negara kita memiliki kekayaan sumber daya dan tambang yang melimpah. Seharusnya kita menjadi negara terbaik di dunia, dan hal ini memerlukan pejabat yang ahli dan berkomitmen. Kantor berita bisa membentuk pejabat semacam itu, membuat mereka bertanggung jawab, dan memperbaiki keadaan."
Pada awal kunjungan tersebut, Hassan Sadraei Aref, pemimpin redaksi Kantor Berita ABNA, menyampaikan laporan tentang berbagai aktivitas bagian-bagian media tersebut.
Your Comment